Senin, 02 Februari 2009

dia ada...

Dia duduk diantara orang-orang yang berlalu-lalang, hanya beralas sehelai kain kotor, padahal jalanan becek karena hujan semalam.Namun tak ada yang memperhatikannya seolah dia tak ada. Di hadapannya terdapat sebuah mangkuk biru dimana beberapa lembar uang ribuan terletak di dalamnya, tapi dia tak menatapnya. Pandangannya Cuma tertuju pada makanan yang ada di hadapannya.

Saat kuperhatikan ternyata tangan dan kakinya tak utuh. Entahlah, mungkin akibat persalinan yang gagal atau mungkin ketidakhatia-hatian si ibu saat mengandungnya. Walau hanya semenit, membuat perhatianku teralih dari ramainya jalan pagi itu. Yang kuperhatikan hanya dia.

Dia mencoba manyuapkan sesendok makanan ke dalam mulutnya tapi tak juga kunjung bisa. Beberapa orang melewatinya dan memberikan uang. Aku ingin, ingin sekali membantunya, tapi aku tak mampu karena pagi itu aku engga memegang uang sama sekali.

Dia masih mencoba dan akhirnya menyerah untuk menyuapkan sesendok makanan ke mulut mungilnya. Dia pasrah dan hanya bisa menghitung jumlah makanan yang ada di mangkuknya dan mencoba membelahnya, tapi gagal. Lalu ibunya datang, dia wanita normal, semua anggota tubuhnya lengkap. Ibunya mengambil beberapa lembar uang ribuan yang ada di dalam mangkuk dan meninggalkannya, mengawasi dari jauh anaknya yang cacat itu meminta-minta.

Dia itu tidak meminta-minta, dia hanya berkutat dengan makannya, tapi iba itu datang dari orang-orang yang lewat. Iba...mungkin hanya itu yang bisa menopang kehidupannya. Aku meneteskan air mataku melihatnya. Dia hanya pasrah tak mampu menyuapkan makanan ke mulut mungilnya. Dia hanya pasrah dengan ketidakpedulian ibunya. Mungkin dirinya tak dianggap. Mungkin keberadannya hanya mengganggu. Mungkin juga kehadirannya tak diharapkan. Tapi dia juga makhluk yang diciptakan Allah. Dia berasal dari sesuatu yang sama dengan kita.

Anak laki-laki itu begitu kecil dan rapuh tapi dia harus menjalani kehidupan yang keras dengan keadaannya yang sekarang. Mungkin aku engga bisa membantunya. Tapi aku hanya bisa menulis tentangnya, berharap dia tahu bahwa keberadaannya tidak sepenuhnya tak diinginkan. Bahwa pertemuanku yang hanya beberapa menit dengannya itu mampu membuatku berpikir dan menginstropeksi diri bahwa apa yang diberikan oleh-Nya adalah yang terbaik untuk diri umat-Nya dan membuatku semakin mensyukuri berkah dan rahmat-Nya.

0 komentar:

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Posting Komentar