Selasa, 03 Februari 2009

Meringankan Beban Kesedihan dengan Berbagi Kebahagiaan

80 menit pelajaran Bahasa Indonesia tadi siang memberikan saya banyak pelajaran.
Bermula dari pembahasan bab drama, lalu Bu Diana berkata bahwa mengeluarkan kesedihan melalui ekspresi-ekspresi drama itu sangat membantu dibandingkan mengeluarkan ekspresi dengan cara menangis dan beliau juga berkata,"Wajah-wajah kalian itu wajah-wajah yang bermasalah."
Wooow, ucapan yang menohok memang, tapi itulah adanya.
Ya, kita memang bermasalah. Bukan bermasalah dalam artian nakal atau bagaimana, tapi ya kami sedang mengalami masalah. Masalah yang menurut saya adalah masalah yang abstrak. Karena masalah tersebut berkenaan dengan pikiran-pikiran akan masa depan yang terasa mengambang. Semua ketakutan dan rasa ingin tahu bercampur jadi satu dan menghasilkan pikiran-pikiran negatif yang abstrak.
Lalu Beliau kembali berkata, "Cobalah kalian mencoba meringankan kesedihan kalian dengan berbagi kebahagiaan. Bisa dengan cara memberi makan orang fakir atau memberikan sesuatu untuk anak yatim. Saat itulah kalian akan menyadari bahwa kalian bukanlah orang termalang di dunia. Masih banyak orang-orang yang mengalami nasib kurang beruntung. Dan mengetahui hal tersebut setidaknya akan mengingkatkan kalian pada Allah dan akan semakin bersyukur pada-Nya dan rasa sedih itu pasti setidaknya akan berkurang."

Senin, 02 Februari 2009

fasting day

hoaheeeem.....
ngantuk...
tapi ga bisa tidur...
dan aq putuskan saja untuk ngeblog :D

hmmmm...
ternyata puasa pada saat hujan deras turun dan angin dingin berhembus lebih susah dibanding kalo puasa pada saat matahari bersinar terik
why????
karena di saat hujan bawaan'y pengen makan terus
tiap kali liat temen2 yang dateng ke kelas bawa gorengan panas (nyumiii :|) kayak'y iler qu udah mau keluar aja dan seolah2 kaki qu siap berlari dan tangan pun siap untuk menyambar gorengan tersebut dari tangan korban :P
dan tiba-tiba korban menyadari bahwa dirinya sedang diincar oleh makhluk gendud di hadapan'y

korban : bul...kamu mau?
aq :...(masih membayangkan makan itu gorengan dengan tingkat kemupengan yang sangat tinggi)
korban : bul??? (mengibas-ngibaskan tangan di depan muka qu)

hmmmm sebener'y bisa aja saat itu juga aq samber tuh gorengan dan menghabiskan tuh gorengan tanpa ampun
aq : eh...aq lagi puasa
korban : owh...(kaget) sorry ya...(buru-buru pergi)
aq:... :|

ok, dan akhirnya saat maghrib berkumandang saat itu juga aq melakukan pembalasan :P
dengan kalapnya aku ngabisin sepiring somay, sepiring nasi, bakwan (tak terhitung jumlah'y saking banyak'y ngambil), sebungkus roti, seplastik krupuk pangsit dan setelah puas menghabiskan itu semua tiba-tiba kurasakan kalo perutku amat sangat kekenyangan dan mual :|
saking kenyangnya sampe2 kebawa mimpi segala
aq mimpi makan somay ga berhenti2 padahal udah kenyang banget dan akhirnya aq jadi genduuuuuuud banget!!!!


:|

Saya pintar tapi bodoh :p

aaaaaa....
udah dari hari Kamis kemaren sekolah qu ngadain try out UN
yah sejauh ini sih berjalan lancar (bo'onk dink :p) sampai tadi pagi saat hujan deras turun dan aq masuk ke kelas dalam keadaan basah dan nyengar-nyengir ga jelas, duduk tenang dan tersenyum dengan PD-nya dan sangat yakin try out ekonomi hari ini akan berjalan lancar.
Iseng-iseng aq lirik kanan, lirik kiri, lirik belakang dan tiba-tiba aq liat temen qu baca buku geografi!

aq : Vo la kamu ngapain kok bacane buku geografi sih???? (wajah sotoi)
uvo : la hari ini try out e geografi c!!!
aq : ngarang e dant!!!! (dengan pedenya!!!)
deista : geografi le Bul!!!
aq : OMG!!!! aq belajar e ekonomi!!!!!

dan bel pun berdering...

balon : napa bul? wajahmu fales banget???
aq : aq salah belajar bal
balon : wong edan :|
aq : ...

dan akhirnya...
pagi tadi qu lalui try out dengan cengar-cengir kayak orang blo'on


:|

cinta...

Sore itu angin berhembus pelan memberikan kehangatan bagi siapa saja yang menikmatinya. Ia berjalan pelan ke arah bangku di bawah pohon beringin. Wajahnya menyiratkan perasaan sedih yang tertahan. Rambutnya melambai indah dihembuskan angin sore. Ia duduk di bangku itu sendiri. Ia terdiam, terhanyut dalam perasaan sedihnya.
Sudah lama aku memperhatikannya. Ia selalu menghabiskan sorenya di sini, membawa sebuah surat dan membacanya. Terkadang ia tersenyum. Seringkali ia tertawa sampai air matanya menetes membaca surat-surat yang dibawanya. Aku suka caranya tertawa. Saat ia tertawa, hatiku ikut bahagia, burung-burung ikut bernyanyi, awan tersenyum dan bersiul, daun-daun di pohon bergemerisik, menari gembira. Menghasilkan harmonisasi alam yang indah.
Ia tersadar dari lamunannya lalu ia membaca sebuah surat di tangannya. Tidak lama kemudian ia menangis. Hatiku teriris melihatnya menangis. Aku ingin merangkul dan menenangkan hatinya. Aku ingin menghibur dan menghapus air matanya. Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku hanya bisa terdiam di sini, memandangnya dari sini.
Aku berbisik pada burung-burung, “Menyanyilah kawanku, hiburlah hatinya. Aku sakit melihatnya menangis.”
Aku memohon pada awan, “Kawanku, belailah dia dengan hembusan hangatmu.”
Aku berkata pada pohon, “Ayo kita menari kawan!”
Angin membelai lembut rambutnya. Burung-burung mulai bernyanyi diiringi tarian pepohonan. Tapi ia masih saja menangis. Hatiku semakin pilu melihatnya. Ia masih saja terlarut dalam kesedihannya.
“Berhentilah kawan, kita beri waktu untuknya,” ucapku sedih.
Suasana kembali sepi. Yang terdengar hanya isak tangisnya. Aku sedih, sangat sedih. Ingin aku memukul orang yang telah membuatnya menangis. Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa.
“Jangan menyerah kawan! Kita tunjukkan padanya bahwa dia tidak sendirian. Ayo kita menyanyi dan menari,” hibur burung-burung.
Aku tersenyum, “Kau benar, kita tidak boleh berhenti.”
Kami terus menari dan menyanyi. Kami tak pantang menyerah untuk menghiburnya. Burung-burung terus menggodanya, berkicau dan bersiul mendekatinya, menari-nari di atas rambutnya yang elok. Angin terus membelainya lembut, memberikan kehangatan dan menghapus air matanya. Daun-daun bergemerisik memberikan ketenangan.
Aku berbisik, “Ceritakan keluh kesahmu, Sayang. Jangan kau menangis.”
Perlahan-lahan tangisnya berhenti. Ia mengambil saputangan di sakunya dan mnghapus air matanya.
Tiba-tiba hand phonenya berbunyi nyaring. Ia segera mengambilnya di saku dan membaca sebuah pesan singkat. Ia tersenyum kecil membaca pesan itu.
Aku lega melihat senyumnya.
“Teruskan kawan-kawan!” pintaku sambil tersenyum.
Kami terus menghiburnya hingga ia tertawa, melihat burung-burung yang bernyanyi riang. Ia tersenyum merasakan desiran angin dan gemerisik dedaunan. Gurat-gurat kesedihan di wajahnya perlahan-lahan hilang.
Ia terus duduk menikmati sore yang indah hingga akhirnya ia memutuskan untuk pergi. Ia berdiri dan membuang suratnya lalu pergi menjelang hari esok yang penuh cinta.
Aku memohon pada angin untuk membawa surat itu padaku. Angin tersenyum dan menghembuskan kekuatannya hingga surat itu tersangkut di salah satu dahanku. Aku membaca surat itu perlahan, surat yang telah membuatnya menangis.

Adikku sayang…
Aku sedih mendengar kenyataan ini. Aku menangis, sesungguhnya aku tak rela dan ingin menepis semua kenyataan ini. Tapi aku tidak ingin menjadi seorang anak yang durhaka. Aku memilih untuk melihat kebahagiaan Ibuku, wanita yang telah membesarkanku. Aku mencintaimu, tapi aku lebih mencintai Ibuku dan Tuhanku. Kebahagiaannya adalah kebahagianku walaupun aku harus mengorbankan perasaanku.
Sebenarnya aku sangat hancur saat aku tahu bahwa kau, kekasihku ternyata adik tiriku. Tapi cinta kita tidak mungkin bersatu karena kini kau saudaraku. Biarkan cinta ini menjadi abadi dengan kasih sayangku sebagai kakakmu. Aku tidak bisa melihatmu menangis, tapi aku lebih tidak bisa melihat Ibuku menangis dan aku tidak sanggup menerima amarah Tuhan apabila kita tetap melanjutkan hubungan kita.
Relakanlah aku sebagai kekasihmu, tapi terimalah aku sebagai kakakmu. Sayangi aku selayaknya kau menyayangi kakakmu. Jangan bersedih adikku. Terimalah ini semua dengan lapang. Mungkin kita memang bukan jodoh. Kita ditakdirkan untuk menjadi saudara, bukan sepasang kekasih. Tersenyum dan berbahagialah untuk kebahagiaan orang tua kita dan juga kebahagiaanku. Sesungguhnya tak ada yang lebih membahagiakan lagi selain melihat orang yang kita sayangi tersenyum bahagia.
Adikku sayang, percayalah bahwa bersamamu adalah hal terindah yang pernah aku terima dalam hidupku. Percayalah bahwa aku sangat menyayangimu. Percayalah bahwa cinta datang dalam bentuk apa saja. Percayalah karena kau hanya butuh rasa percaya itu…

Aku menangis membaca surat itu seolah-olah aku ikut merasakan apa yang gadis itu rasakan. Angin membelaiku lembut dan membisikkan kata-kata penghibur.
“Tapi aku juga mencintainya. Aku tak sanggup melihatnya menderita,” isakku pada burung-burung.
“Percayalah ia akan bahagia,” ucap burung-burung.
“Aku sangat mencintainya…” isakku lagi.
“Percayalah ia juga mencintaimu,” bisik angin.
“Bagaimana mungkin? Ia seorang manusia dan aku hanyalah pohon,” ucapku sedih.
“Ia selalu menjagamu. Ia selalu merawatmu. Bukankah itu cinta? Ia juga mencintaimu. Ingatlah anakku, cinta bisa datang dalam bentuk apa saja. Ia tidak pernah meninggalkan kita,” ucap angin bijaksana.
Apa yang dikataknnya benar. Aku pun tersenyum dan berhenti menangis. Ya, cinta selalu ada dan ia datang dalam bentuk apa saja. Andai saja semua manusia menyadari hal itu. Aku yakin dunia ini akan selalu terjaga keindahannya.

dia ada...

Dia duduk diantara orang-orang yang berlalu-lalang, hanya beralas sehelai kain kotor, padahal jalanan becek karena hujan semalam.Namun tak ada yang memperhatikannya seolah dia tak ada. Di hadapannya terdapat sebuah mangkuk biru dimana beberapa lembar uang ribuan terletak di dalamnya, tapi dia tak menatapnya. Pandangannya Cuma tertuju pada makanan yang ada di hadapannya.

Saat kuperhatikan ternyata tangan dan kakinya tak utuh. Entahlah, mungkin akibat persalinan yang gagal atau mungkin ketidakhatia-hatian si ibu saat mengandungnya. Walau hanya semenit, membuat perhatianku teralih dari ramainya jalan pagi itu. Yang kuperhatikan hanya dia.

Dia mencoba manyuapkan sesendok makanan ke dalam mulutnya tapi tak juga kunjung bisa. Beberapa orang melewatinya dan memberikan uang. Aku ingin, ingin sekali membantunya, tapi aku tak mampu karena pagi itu aku engga memegang uang sama sekali.

Dia masih mencoba dan akhirnya menyerah untuk menyuapkan sesendok makanan ke mulut mungilnya. Dia pasrah dan hanya bisa menghitung jumlah makanan yang ada di mangkuknya dan mencoba membelahnya, tapi gagal. Lalu ibunya datang, dia wanita normal, semua anggota tubuhnya lengkap. Ibunya mengambil beberapa lembar uang ribuan yang ada di dalam mangkuk dan meninggalkannya, mengawasi dari jauh anaknya yang cacat itu meminta-minta.

Dia itu tidak meminta-minta, dia hanya berkutat dengan makannya, tapi iba itu datang dari orang-orang yang lewat. Iba...mungkin hanya itu yang bisa menopang kehidupannya. Aku meneteskan air mataku melihatnya. Dia hanya pasrah tak mampu menyuapkan makanan ke mulut mungilnya. Dia hanya pasrah dengan ketidakpedulian ibunya. Mungkin dirinya tak dianggap. Mungkin keberadannya hanya mengganggu. Mungkin juga kehadirannya tak diharapkan. Tapi dia juga makhluk yang diciptakan Allah. Dia berasal dari sesuatu yang sama dengan kita.

Anak laki-laki itu begitu kecil dan rapuh tapi dia harus menjalani kehidupan yang keras dengan keadaannya yang sekarang. Mungkin aku engga bisa membantunya. Tapi aku hanya bisa menulis tentangnya, berharap dia tahu bahwa keberadaannya tidak sepenuhnya tak diinginkan. Bahwa pertemuanku yang hanya beberapa menit dengannya itu mampu membuatku berpikir dan menginstropeksi diri bahwa apa yang diberikan oleh-Nya adalah yang terbaik untuk diri umat-Nya dan membuatku semakin mensyukuri berkah dan rahmat-Nya.

profesi paling mulia

Kalau kalian semua bertanya kepada saya, profesi apa yang paling mulia? Saya akan sangat tegas menjawab bahwa seorang pendidik terutama seorang guru adalah profesi yang sangat amat mulia. Takkan ada profesi lainnya apabila tidak ada seorang guru. Karena dari seorang guru lah kita memulai langkah awal kita dalam dunia pengetahuan. Dunia yang membawa kita pada kesuksesan. Dunia yang membuka mata kita dari ketidaktahuan, kebutaan akan ilmu.
Belakangan ini saya terus memikirkan betapa banyak jasa-jasa yang telah diberikan oleh mereka, namun harga yang dibayar untuk jasa mereka terkadang sangat mengenaskan. Saya benar-benar prihatin akan nasib guru di Indonesia. Padahal dulu waktu kecil bahkan sampai seminggu yang lalu, tidak pernah sekalipun terpikirkan dalam benak saya untuk menjadi seorang guru. Namun mendengar banyak cerita, kisah, pengalaman dari guru-guru saya tentang anak didik mereka, apalagi anak didik yang telah sukses dan wajah mereka berseri-seri saat menceritakan anak didiknya membuat saya terharu. Dari situ saya bisa melihat bahwa kebahagian dan kepuasan seorang guru sejatinya bukanlah materi yang mereka terima melainkan cerita serta kisah saat mengetahui kesuksesan anak didiknya.
Dan saya baru benar-benar sadar bahwa guru memang benar-benar pahlawan tanpa tanda jasa. Dan untuk pertama kalinya terlintas dalam benak saya bahwa saya ingin berprofesi menjadi seorang guru, pengajar yang membuka jalan kesuksesan untuk anak didik saya nantinya. Yang memberi mereka inspirasi dan cerita, yang mendorong mereka untuk mengubah dunia, memperbaiki bangsa, mencerdaskan bangsa, yang mencetak anak didiknya menjadi seseorang yang berguna.
Ah…betapa mulia tugas seorang guru. Andai mereka dihargai lebih banyak, namun saya yakin seyakin-yakinnya walaupun penghargaan untuk mereka di dunia ini tidak seberapa, tapi kelak di akhirat Allah akan memberikan pahala yang tak ternilai harganya.

kekuasaan...

Kekuasaan…
Kenapa banyak orang yang haus akan kekuasaan? Padahal seringkali kekuasaan itu hanya akan menjerat kita dalam gudang kemaksiatan. Seringkali kita terbuai oleh kekuasaan. Ujung-ujungnya hotel rodeo menanti kita.
Memang apa untungnya punya kekuasaan lebih, OK mungkin memang banyak untungnya. Tapi apa gunanya kalau kekuasaan yang kita punya ujung-ujungnya buat makan uang rakyat, buat main perempuan, buat tendang sana tendang sini, buat kepentingan pribadi. Buat apa juga kekuasaan kalau ujung-ujungnya terjadi banyak skandal, telepon disadap, pembicaraan kotor terungkap di hadapan publik.
Nikmatkah kekuasaan itu kalau hati nurani kita terkekang, kalau hati nurani kita perlahan-lahan terbunuh. Di mana kekuasaan itu jika idealisme masa muda kita perlahan-lahan terkikis oleh nafsu yang dibisikkan setan atas nama kekuasaan?
Apa arti kekuasaan bila kita tak bahagia? Bila nurani kita menjerit? Bila orang lain menjadi korbannya?
Lalu apakah para pejabat dan petinggi Negara sudah terlalu buta mata hatinya karena haus akan kekuasaan? Bukankah kekuasaan digunakan untuk dikembalikan pada rakyat? Kalau begitu apa arti demokrasi? Apa arti pesta demokrasi kalau belum apa-apa ‘mereka’ sudah mengumbar banyak janji padahal dalam kenyataannya apa? Malah ada yang berkata bahwa kami satu-satunya yang menolak kenaikan harga BBM. Tapi mereka Cuma bisa menolak kan? Mereka bisa apa? Apakah dengan menolak lantas harga BBM turun? Nyatanya tidak, toh lagi-lagi kekuasaan berbicara di sini.
Apa sudah terlalu banyak kekuasaan menguasai dan membunuh nurani mereka? Atau sebenarnya masih banyak yang tidak termakan oleh kekuasaan dan mendengarkan nurani mereka dengan menggunakan kekuasaan untuk hal-hal yang baik? Apa hanya media saja yang terlalu mengembar-gemborkan kejelekan para pejabat dan petinggi Negara tanpa memberitakan kebaikan yang mereka buat? Atau memang begitukah keadaan Negara kita?
Lalu apa sesungguhnya arti kekuasaan itu jika banyak rakyat yang kehilangan kepercayaan pada mereka yang memiliki kekuasaan? Apa arti kekuasaan jika mereka tidak mendengar jeritan rakyat?

mimpi sang pemimpi

Mimpi sang pemimpi
Merangkai untain nada indah
Menyusun sebait kisah puitis
Gambarkan indahnya langit lazuardi
Belaian lembut merengkuh jiwa sang pemimpi
Membuainya indah, saat ia menambatkan hatinya
Mimpi sang pemimpi
Menjadi embun pagi yang menyejukkan
Menjadi seruling merdu yang menentramkan jiwa
Untuk kekasih hatinya
Kekasih hatinya tersenyum merona
Anggun, indah, menyejukkan mata
Memeluk erat hati sang pemimpi
Hingga menjadi serpihan-serpihan yang tak bersisa
Mimpi sang pemimpi
Tertusuk belati tajam
Menyayat hati sang pemimpi
Sang surya tenggelam memancarkan sinar jingganya
Jingga...menuai benci dan cinta sang pemimpi
Hingga mimpinya menguap dimakan masa
Mimpi sang pemimpi tak seindah mimpi
Saat tambatan hati melangkah pergi
Membawa mimpinya sang pemimpi

buang aku

Buang aku
Injak aku sesuka hatimu
Tak apa air mataku mengalir
Tak usah kau peduli padaku, sayang
Acuhkan aku
Bunuh aku
Itu kan lebih baik, sayang
Biarkan mentari sore berkata
Pancarkan sinarnya semerah darah
Darahku...
Biarkan langit tetap mendung
Mendungnya hatiku...
Biarkan hujan turun dari langit
Tetesan air mataku...
Tak apa sayang, semua baik saja
Buang, acuhkan aku
Injak, bunuh aku dari hatimu
Asal jangan kau pedulikan aku
Jangan pernah ucapkan lagi
Simpan saja semua rasa sayangmu
Aku tak butuh sayangmu
Yang kubutuh cintamu, dirimu
Jangan kau datang
Jangan kau peduli
Aku hanya ingin tak mengenalmu

Telah lama kunanti

Tlah lama kunanti kehadiranmu

Dalam tiap sepi kuharap dirimu

Tiada pernah ku berhenti

mendambakanmu...

Kau malaikatku...

Kapan kau datang?

Menerangi tiap gelapku

Menemani tiap sepiku

Tersenyum padaku

Lembut, indah, memberi kedamaian

Kau malaikatku...

Tak pernah hentinya ku memimpikanmu

Menemani tiap detik hidupku yang hampa

Memberi tetesan embun sejuk

Memberi oase kesegaran

Memberi kehidupan pada hatiku yang gersang

Malaikatku...

Raja dunia tlah datang dan hendak pergi

Membawa kegelapan yang menyesakkan

Bumi hendak tertidur dari semua lelahnya

Tapi sungai masih mengalir

Memberi jalan pulang untukmu

Di hilir aku menunggu malaikatku

Membawa kembali cahaya hatiku

Menjadikanku dewimu

Walau raja dunia tlah pergi

Walau bumi tertidur

Diriku tak pernah tidur

Karena kau malaikatku

Tlah berhenti, melabuh di hatiku

Minggu, 01 Februari 2009

hip hip huraaaaa....!!!!! ^^

finally...
jadi juga blog qu!!!!! :D
Syukur alhamdulillah dah...
horey horey...
setelah lama berkali-kali mencoba membuad blog, akhirnya jadi juga...
hhahaha maklum aq agak-agak katrog tur ndeso :P
yah pokoknya...
berkunjunglah ke blog qu ^^
dan nikmati tulisan-tulisan qu...(emang makanan dinikmati :P)
dan mulai sekarang dimulailah dunia tulis-menulis qu :D (bo'ong dink :P aq dah nulis dari dulu, tapi cuma tersimpan di laci meja belajar :P)



thanks for ur visit ^^